Sosial Ekonomi Pertanian

Salah satu upaya Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Unsoed dalam rangka mendukung Tri Dharma Perguruan Tinggi yakni dengan langkah pemberdayaan masyarakat berbasis kewirausahaan. Program pemberdayaan ini berupa pendampingan atau kemitraan terhadap UKM, baik UKM yang baru merintis usaha maupun UKM yang sudah memulai usaha. Sasaran dari kemitraan UKM berupa usaha perseorangan maupun usaha bersama yang usahanya dijalankan di lingkungan Universitas Jenderal Soedirman, seperti Kabupaten Banyumas, Purbalingga, Banjarnegara, Cilacap dan Kebumen.

Program Kemitraan UKM ini diharapkan dapat memberikan hasil kerjasama yang saling menguntungkan antara pelaku UKM dengan Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, saling tukar pengetahuan dan ketrampilan usaha bagi para UKM mitra yang meliputi teknis produksi, kelembagaan usaha, sistem dan teknis pemasaran, serta kebutuhan maupun masalah yang dihadapi lainnya oleh para UKM mitra. Berikut beberapa kemitraan yang dijalin dalam program kemitraan UKM Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian Unsoed, diantaranya :

No. Nama UKM Produk Lokasi
1. UKM Al Jabal Produk olahan carica, sirup carica, manisan, selai, es krim Pegunungan Dieng, Banjarnegara
2. UKM Manggarsari Gula kelapa cetak, gula semut Kecamatan Cilongok
3. UD Yummy Keripik nangka, keripik salak Kecamatan Baturraden
4. UKM Sapu Glagah Sapu glagah, sapu hamada (kualitas ekspor Jepang), sapu lidi Kabupaten Purbalingga
5. Yu Mudah Keripik Tempe Desa Pliken, Banyumas
6. CV. SipBangga Paving bahan dasar sampah plastik Kabupaten Purbalingga
7. CV Umar Katalisator Gula Kristal Purwokerto
8. UKM Bumbuku Aneka bumbu non-MSG Teluk, Purwokerto
9. UKM Suka Nicky Keripik tempe dan buah, jenang Kabupaten Banjarnegara
10. UKM Best Bakery Roti basah aneka rasa Arcawinangun, Purwokerto
11. DLL    
  • UKM BAMBU WULUNG DESA KEMUTUG KIDUL, KECAMATAN BATURADEN, KABUPATEN BANYUMAS

Dalam rangka menjalankan usaha bisnisnya, seringkali pelaku UKM tidak mencatat  dengan sistem pembukuan yang sistematis. Penyuluhan dan pelatihan pembukuan sangat diperlukan oleh pelaku usaha dengan skala seperti ini, contohnya UKM Bambu Wulung di Desa Kemutug Kidul, Kecamatan Baturaden, Kabupaten Banyumas. Kendala yang sering dialami oleh para pengrajin berkaitan dengan masalah pembukuan adalah : mereka tidak telaten untuk melakukan pencatatan, belum mengetahui manfaat pembukuan dan belum mengetahui cara menyusun pembukuan secara benar.

Penyuluhan dan pelatihan sistem pembukuan dari Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Jenderal Soedirman dilaksanakan di Balai Desa Kemutug Kidul dengan peserta semua pengrajin bambu yang ada di wilayah tersebut. Penyuluhan dan pelatihan dilakukan secara oral maupun dengan bantuan media bergambar, seperti brosur. Pemberian penyuluhan dan pelatihan melalui media bergambar ternyata lebih menarik dan memudahkan para pengrajin untuk mengingat materi yang diberikan. Materi sistem pembukuan yang diberikan meliputi : manfaat pembukuan bagi UKM, pencatatan bukti transaksi kas masuk-keluar, cara menyusun arus kas, cara menyusun laporan laba rugi. Para peserta sangat antusias mengikuti kegiatan tersebut, sehingga banyak pertanyaan yang diajukan, antaralain bagaimana cara mengajukan pinjaman ke pihak perbankan.      

  • UKM CARICA, KABUPATEN BANJARNEGARA

Usaha Kecil Menengah (UKM) Al-Jabal dan Izayo Carica adalah UKM pengolah buah carica yang sedang berkembang di Kabupaten Banjarnegara dan mulai mengundang perhatian dari berbagai pihak, karena industrinya semakin maju dan kapasitas produksinya semain besar. Tujuan dari kegiatan pengabdian kepada masyarakat yaitu memberikan bimbingan, pelatihan dan pembinaan serta pendampingan bagi kelompok UKM Al-Jabal dan UKM Izayo Carica, untuk meningkatkan kualitas produk dan diversifikasi produk, meningkatkan pendapatan, memperluas pasar, memperbaiki manajemen dan penguatan kelembagaan UKM. Permasalahan yang dialami oleh kedua UKM mitra adalah masalah produksi terutama alat pasteurisasi yang masih manual sehingga suhunya tidak terkontrol, masalah belum adanya diversifikasi produk, masalah kemasan yang belum marketable, masalah manajemen pembukuan yang masih konvensional dan penguatan kelembagaan. UKM tidak dapat menghitung keuntungannya dalam waktu satu periode produksi karena belum ada pemisahan keuangan antara usaha dengan rumah tangga.